Filosofi Nias
Tentang Nias
Penulis
Eduar Baene, S.E, M.Si
Filosofi
Kepulauan Nias
Kepulauan Nias
(bahasa Nias
Tano Niha) adalah sebuah kepulauan
yang terletak di sebelah utara pulau Sumatera,
Indonesia
dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk 700.000 jiwa. Agama mayoritas
daerah ini adalah Kristen Protestan, kristen Katolik dan islam,
Hindu serta Budha. Masyarakat penduduk kepulauan Nias dihuni oleh mayoritas suku Nias
(Ono Niha) yang masih memiliki budaya
megalitik. Perjalanan menuju Pulau Nias ditempuh dengan menggunakan kapal laut
seperti kapal Barau, Nias Indah dan Kapal Ferry dari pelabuhan Sibolga menuju
pelabuhan gunungsitoli sedangkan perjalanan udara ditempuh dari Bandara Polonia
Medan menuju Bandara Binaka Nias selama 1 jam dengan menggunakan pesawat Wings
Air, dan Merpati Airlines.
Sebelum daerah otonomi tahun 2003, kepulauan Nias
memiliki satu kabupaten yaitu kabupaten Nias. Sebagai daerah yang jauh dari
pusat pemerintahan baik pemerintahan provinsi maupun pemerintahan pusat, kepulauan
Nias kurang mendapat perhatian dari pemerintah dalam hal melakukkan pembangunan
baik pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, pembangunan bidang
pendidikan, ekonomi dan budaya. Dengan ketertinggalan kepulauan Nias dari
berbagai aspek, maka pada saat adanya undang-undang daerah otonom muncul ide-ide
dari berbagai pihak agar pulau Nias dimekarkan menjadi beberapa desa, kecamatan
dan kabupaten, hingga saat ini pulau nias dibagi menjadi empat kabupaten dan 1
kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat,
Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli.
Sebagai daerah kepulauan, pulau Nias juga memiliki
sumber daya alam yang tak kalah penting dengan daerah lain terutama dalam bidang
pertanian, wisata, budaya dan hasil lautnya misalnya:
1.
Perkebunan
karet, perkebunan Kakau, perkebunan kelapa, perkebunan Nilam..
2.
Beberapa
lokasi pariwisata yang terkenal dan sering di kujungi:
-
Pantai Lagundi
yang menawarkan pasir putih dan ombak yang indah yang berada di daerah
Telukdalam/Nias Selatan.
-
Pantai
Sorake dengan ombak yang tinggi. Pantai ini juga sering di jadikan tempat
perlombaan Surfing Internasiolal karena ombaknya yang sangat tinggi dan indah.
-
Lompat batu
yang sudah menjadi simbol keperkasaan warga Nias dan bisa di temui hampir di
seluruh penjuru pulau Nias terutama di daerah bawomataluo.
-
Air terjun
yang indah berlokasi di beberapa tempat salah satunya di Kecamatan Alasa (Luahandroi)
dan di kecamatan Gomo (Helaowo, Boronadu)
-
Batu-batu
megalitiknya yang berukir yang ada diberbagai daerah terutama di kecamatan
Lahusa, kecamatan Gomo dan kecamatan bawo mataluo.
3.
Bidang
budaya misalnya tari maena, tari moyo (tari elang), tari Baluse (tari perang).
Kekayaan sumber
daya alam yang dimiliki masyarakat kepulauan Nias ternyata tidak berpengaruh pada
tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakatnya, hal ini disebabkan karena berbagai
faktor misalnya:
Faktor Pendidikan
Keterbelakangan
pendidikan dikepulauan Nias otomatis akan berpengaruh di berbagai aspek
kehidupan masyarakat Nias itu sendiri. Menurut filsuf Prancis Emile Durkheim
bahwa pendidikan sebagai proses yang di tempuh sang individu untuk memperoleh
alat-alat fisik, intelektual, moral yang berfungsi di dalam masyarakat.
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, fungsi laten lembaga
sebagai wadah pendidikan, melalui pendidikan di sekolah orang tua melimpahkan
tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah. tetapi tidak demikian
dengan dipulau Nias, sebelum daerah otonom masyarakat pulau Nias hanya sedikit
dari sekian banyaknya jumlah penduduk masyarakat Nias yang mampu duduk dibangku
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Permasalahan
pendidikan dikepulau Nias disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
Sarana dan prasarana
pendidikan di pulau Nias masih belum memadai sehinggga proses belajar mengajar
terkadang kurang terlaksana dengan baik. Kebanyakan sekolah didaerah terpencil
masih kekurangan meja dan kursi, padahal meja dan kursi sangat diperlukan siswa
dalam belajar. Gedung sekolah yang tidak layak pakai dan ruangan belajar yang
masih kekurangan tentu akan mengganggu aktivitas belajar siswa. Hal ini tentu
akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
b. Kurangnya ketersediaan buku-buku penunjang pendidikan
Ketersediaan buku-buku pelajaran di pulau Nias masih
jauh dari yang diharapkan. Hal ini sudah tentu akan mempengaruhi penguasaan
materi pelajaran tidak sesuai dengan yag diinginkan. Materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru mestinya ditunjang oleh beberapa buku agar penyampaian
materi pelajaran tidak monoton sehingga akan mempengaruhi pemahaman siswa dalam
menguasai materi pelajaran.
c. Kurangnya tenaga guru yang profesional.
Dalam
konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang peran yang
amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan artinya tenaga guru atau
pendidik yang profesional akan mempengaruhi dalam menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Guru harus mempunyai intelektual yang tinggi dan mampu mengarahkan
siswanya agar tetap termotivasi dalam belajar. Kebanyakan guru di pulau Nias memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya lulusan SMA
tetapi sudah menjadi tenaga pendidik, padahal belum mempunyai pengalaman
mengajar dan juga kemampuan penguasaan materi pelajaran.
Faktor Ekonomi
Membicarakan ekonomi kita sebenarnya sedang membahas
hasrat manusia untuk memenuhi keinginananya yang tiada berbatas dengan
menggunakan sumber yang ada. Perubahan masyarakat primitif ke masyarakat modern
tentu saja di ikuti oleh perubahan ekonomi.
Hasrat masyarakat nias melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi sulit
untuk dicapai, karena perekonomian masyarakat nias rata-rata memiliki
perekonomian kelas bawah. Sementara untuk duduk di bangku sekolah dibutuhkan
biaya yang sangat besar. Kesanggupan biaya sudah tentu akan mempengaruhi tinggi
rendahnya pendidikan yang dicapai oleh seseorang. Pada dasarnya masyarakat nias
memiliki sumber daya alam khususnya dibidang petanian akan tetapi hasil
pertanian lebih digunakan untuk konsumsi sendiri, sedikit dari banyaknya jumlah
petani yang hasil pertaniannya di jual dan dijadikan sebagai tabungan masa
depan. Bagi masyarakat Nias terpenuhinya kebutuhan sehari-hari sudah merasa
bersyukur karena keterbatasan ekonomi tanpa harus memikirkan hari esok atau jangka
panjang.
Faktor Pembangunan Infrastruktur
Jarak antara kepulauan Nias dengan pusat pemerintahan memiliki
jarak yang cukup jauh dan ini menjadi salah satu faktor ketertinggalan
pembangunan dikepulauan Nias baik dari pembangunan infrastruktur maupun ketertinggalan
masyarakatnya. Bencana alam yang melanda kepulauan Nias pada tahun 2005, gempa bumi sehingga memunculkan tsunami dan memakan
banyak korban jiwa dan ratusan keluarga kehilangan rumah, infrastruktur menjadi
rusak, insiden ini seakan-akan menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat Nias
yang dulunya merupakan daerah tertinggal dan kurang di kenal oleh masyarakat
luar, karena keterbelakangan pembangunan infrastruktur yang tidak diperhatikan oleh
pemerintah terutama pembangunan jalan,
pembangunan gedung sekolah dan perkantoran dan berbagai infrastruktur lainnya.
Terjadinya bencana alam di nias mengundang banyak perhatian
masyarakat terutama pemerintah dan dunia internasional dan instansi-instansi
swasta ikut turut prihatin atas kehancuran nias dari bencana alam dan ketertinggalan
pembangunan di kepulaun nias. Melalui jenis bantuan dari berbagai pihak donatur
maka pulau nias baru mengalami perubahan kearah pembangunan terutama
pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, dan
gedung-gedung pemerintahan, pembangunan rumah bagi masyarakat korban bencana
dan juga bagi masyarakat yang dulunya tidak mampu.
Seni dan Budaya
Suksesnya pembangunan dalam suatu daerah tidak
terlepas dari salah satunya faktor budaya daerah itu sendiri, karena budaya
sangat berpengaruh dalam melakukan pembangunan termasuk peningkatan
perokonomian masyarakat. Keterbelakangan masyarakat Nias diberbagai aspek salah
satunya dalam aspek seni dan budaya adalah kurangnya melestarikan nilai-nilai
budaya. Kemajuan sebuah Provinsi Bali dan dikenal dunia internasional tidak
lepas dari faktor melestarikan budaya itu sendiri. Kepulauan Nias dan Provinsi
Bali memiliki sumber daya alam yang sama dan harus diakui bahwa pemerintah
daerah dikepulauan nias kurang memberikan perhatian dalam pelestarian budaya
Nias. Ini terlihat dari minimnya anggaran yang disediakan pemerintah daerah untuk
program - program budaya Nias.
Keindahan seni dan budaya masyarakat Nias, jika
dilestarikan hal ini dapat mengundang masyarakat luar daerah termasuk
masyarakat internasional untuk dapat berkunjung ke pulau Nias, sehingga
perputaran uang dan tingkat perekonomian di Nias dapat mengalami peningkatan.
Faktor Teknologi informasi
Ketertinggalan
masyarakat kepulauan Nias dalam penggunaan teknologi informasi menjadi salah
satu kendala dari keterbelakangan masyarakat Nias terutama dalam hal pemanfaatan
dan pengembangn sumber daya alam (SDA) yang ada. Kemajuan teknologi informasi
telah membawa dunia menuju ke modernitas, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bagaimana tidak, dahulu Nias tidak mengenal istilah teknologi
informasi karena keterbatasan pengetahuan, namun setelah menginjak tahun
2000-an terlebih setelah bencana alam kemajuan yang terjadi di masyarakat Nias
seakan ikut mengiringi di sampingnya. Dalam hal ingin mengetahui dunia luar,
jika dulu masyarakat Nias hanya mengandalkan berita di Radio dan televisi, maka
sekarang bisa menjelajah dunia luar tanpa mengeluarkan banyak uang yaitu dengan menggunakan internet dan media
masa. Hadirnya teknologi informasi dan media elektronik dikepulauan Nias maka
dengan mudah mengenalkan kepulauan Nias dan nilai-nilai budayanya serta sumber
daya alam yang ada di pulau Nias.
Komentar
Posting Komentar